Baik kali ini admin akan membagikan artikel mengenai sejarah kabupaten jeneponto,seperti yang kita ketahui bahwa kab.Jeneponto berada di Prov.Sulawesi Selatan dengan ciri khas daerah atau icon yang kita kenal adalah kuda,berikut sejarah kabupaten jeneponto.
Jeneponto merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, yang
terletak di bagian selatan, tumbuh dengan budaya dan peradaban tersendiri
seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman. Menyadari perlunya kepastian
akan Hari Jadi Jeneponto, maka dilakukan beberapa upaya dengan melibatkan
berbagai elemen di daerah ini melalui seminar –seminar yang dilaksanakan secara
terpadu.
Dari pemikiran yang berkembang dalam pelaksanaan seminar tersebut,
diharapkan bahwa kriteria yang paling tepat untuk menetapkan Hari Jadi
Jeneponto adalah berdasarkan pertimbangan historia, sosio-kultural, dan
struktur pemerintahan, baik pada masa pra dan pasca kemerdekaan Republik
Indonesia, maupun pertimbangan eksistensi dan norma-norma serta simbol-simbol
adat istiadat yang dipegang teguh, dan dilestarikan oleh masyarakat dalam
meneruskan pembangunan.
Selanjutnya, penelusuran tersebut menggunakan dua pendekatan yaitu tanggal,
bulan, dan tahun menurut teks dan tanggal kejadiannya, serta pendekatan dengan
mengambil tanggal-tanggal, bulan-bulan maupun tahun-tahun yang mempunyai
makna-makna penting yang bertalian dengan lahirnya suatu daerah, yang dianggap
merupakan puncak kulminasi peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi.
Adapun alternatif yang digunakan terhadap kedua pendekatan tersebut di atas
yaitu:
Pertama:
a. November 1863, adalah tahun berpisahnya antara Bangkala dan Binamu
dengan Laikang. Ini membuktikan jiwa patriotisme Turatea melakukan perlawanan
yang sangat gigih terhadap pemerintah Kolonial Belanda.
b. Tanggal 29 Mei 1929 adalah pengangkatan Raja Binamu. Tahun itu mulai
diangkat “Todo” sebagai lembaga adat yang refresentatif mewakili masyarakat.
c. Tanggal 1 Mei 1959, adalah berdasarkan Undang-undang No. 29 Tahun 1959
menetapkan terbentuknya Daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan, dan terpisahnya
Takalar dari Jeneponto.
Kedua:
a. Tanggal 1 Mei 1863, adalah bulan dimana Jeneponto menjalani masa-masa
yang sangat penting yaitu dilantiknya Karaeng Binamu, yang diangkat secara
demokratis oleh “Toddo Appaka” sebagai lembaga representatif masyarakat Turatea.
b. Mundurnya Karaeng Binamu dari tahta sebagi wujud perlawanan terhadap
pemerintah kolonial Belanda.
c. Lahirnya Undang Undang No. 29 Tahun 1959.
d. Diangkatnya kembali raja Binamu setelah berhasil melawan penjajah
Belanda. Kemudian tahun 1863, adalah tahun yang bersejarah yaitu lahirnya
Afdeling Negeri-negeri Turatea setelah diturunkan oleh pemerintah Belanda dan
keluarnya Laikang sebagai konfederasi Binamu.
e. Tanggal 20 Mei 1946, adalah simbol patriotisme Raja Binamu (Mattewakkang
Dg Raja) yang meletakkan jabatan sebagai raja yang melakukan perlawanan
terhadap pemerintah Belanda. Dengan Demikian penetapan Hari Jadi Jeneponto yang
disepakati oleh pakar pemerhati sejarah, peneliti, sesepuh dan tokoh masyarakat
Jeneponto, dari seminar Hari jadi Jeneponto yang berlangsung pada hari Rabu,
tanggal 21 Agustus 2002 di Gedung Sipitangarri, dianggap sangat tepat, dan
merupakan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan berbagai kesimpulan di atas, maka Hari
jadi Jeneponto ditetapkan pada tanggal 1 Mei 1863, dan dikukuhkan dalam
peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 1 Tahun 2003 tanggal 25 April 2003.
Lambang daerah Kabupaten Jeneponto yang menggambarkan
unsur-unsur historis, kultur, patriotik, sosialogis, dan ekonomi yang
keseluruhanya merupakan bagian mutlak yang tidak terpisahkan dari NKRI.
Terdiri atas lima bagian yang berbeda, yakni pohon lontar dan batang aksara berbentuk (T), kuda putih, globe tiga warna bersusun, daun lontar model pita yang bertuliskan Jeneponto dan model perisai.
Maknanya, pohon lontar dan batang aksara berbentuk (T) adalah, pohon serba guna lambang kemakmuran. Batang sebagai bahan rumah, buahnya dimakan, airnya dapat dijadikan gula, daunya dibuat menjadi tikar dan lain-lain.
Batangnya yang berbentuk huruf (aksara T) singkatan dari kata Turatea di mana rakyat Kabupaten Jeneponto lebih dikenal sebutan Turatea yang artinya orang dari atas. Huruf (T) ini terletak di atas pondasi yang kuat, yang warnanya hitam diartikan sebagai sesuatu yang kuat dan kukuh.
Kuda putih, lambang kekuatan intelek, kuat, gagah, berani dalam keyakinan yang suci. Binatang serba guna ini erat hubungannya dengan segala segi dan perjuangan hidup manusia dan masyarakat baik dalam bidang sosial dan ekonomi.
Dengan semangat menyala adalah kekuatan dan bersukma turun temurun dengan tanaga kuda yang bersemangat tinggi. Mari membangun umat manusia.
Globe dengan tiga warna bersusun. Dengan tiga rangkain rantai (gelang) yang dipadu jadi satu. Globe berarti cita-cita yang tinggi bukan saja seluas samudra dahsyat atau setinggi Bawakaraeng, tetapi seperkasa bumi sebulat bola dunia, warnanya merah, hijau, kuning, melukiskan kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin.
Warna merah, atau kelahiran bahwa manusia itu dilahirkan dan menjadi anggota masyarakat. Sedangkan hijau pucuk harapan, bahwa manusia setelah dilahirkan menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan pendidikan agar menjadikan manusia sosial yang cakap dan bertanggung jawab.
Sementara kuning (matang).
Bahwa, manusia setelah lahir dan berpendidikan, perubahan ia dapat diandalkan sebagai anggota masyarakat yang sempurna. Dari ketiga pengertian warna lambang daerah Jeneponto, Ini menjadi cita-cita dan kewajiban pemerintah daerah Jeneponto.
Daun lontar model pita yang bertuliskan Jeneponto, menggambarkan kebudayaan yang khas dan tinggi nilainya sejak dahulu kala. Sementara model perisai diartikan, sebagai pelindung dan pengaman atas terwujudnya pancasila di mana Kabupaten Jeneponto adalah bagian dari NKRI. Itulah makna yang terkandung dalam logo karya Mustafa Djalle
Terdiri atas lima bagian yang berbeda, yakni pohon lontar dan batang aksara berbentuk (T), kuda putih, globe tiga warna bersusun, daun lontar model pita yang bertuliskan Jeneponto dan model perisai.
Maknanya, pohon lontar dan batang aksara berbentuk (T) adalah, pohon serba guna lambang kemakmuran. Batang sebagai bahan rumah, buahnya dimakan, airnya dapat dijadikan gula, daunya dibuat menjadi tikar dan lain-lain.
Batangnya yang berbentuk huruf (aksara T) singkatan dari kata Turatea di mana rakyat Kabupaten Jeneponto lebih dikenal sebutan Turatea yang artinya orang dari atas. Huruf (T) ini terletak di atas pondasi yang kuat, yang warnanya hitam diartikan sebagai sesuatu yang kuat dan kukuh.
Kuda putih, lambang kekuatan intelek, kuat, gagah, berani dalam keyakinan yang suci. Binatang serba guna ini erat hubungannya dengan segala segi dan perjuangan hidup manusia dan masyarakat baik dalam bidang sosial dan ekonomi.
Dengan semangat menyala adalah kekuatan dan bersukma turun temurun dengan tanaga kuda yang bersemangat tinggi. Mari membangun umat manusia.
Globe dengan tiga warna bersusun. Dengan tiga rangkain rantai (gelang) yang dipadu jadi satu. Globe berarti cita-cita yang tinggi bukan saja seluas samudra dahsyat atau setinggi Bawakaraeng, tetapi seperkasa bumi sebulat bola dunia, warnanya merah, hijau, kuning, melukiskan kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin.
Warna merah, atau kelahiran bahwa manusia itu dilahirkan dan menjadi anggota masyarakat. Sedangkan hijau pucuk harapan, bahwa manusia setelah dilahirkan menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan pendidikan agar menjadikan manusia sosial yang cakap dan bertanggung jawab.
Sementara kuning (matang).
Bahwa, manusia setelah lahir dan berpendidikan, perubahan ia dapat diandalkan sebagai anggota masyarakat yang sempurna. Dari ketiga pengertian warna lambang daerah Jeneponto, Ini menjadi cita-cita dan kewajiban pemerintah daerah Jeneponto.
Daun lontar model pita yang bertuliskan Jeneponto, menggambarkan kebudayaan yang khas dan tinggi nilainya sejak dahulu kala. Sementara model perisai diartikan, sebagai pelindung dan pengaman atas terwujudnya pancasila di mana Kabupaten Jeneponto adalah bagian dari NKRI. Itulah makna yang terkandung dalam logo karya Mustafa Djalle
cukup sekian mengenai ulasan tentang artikel berisi sejarah kabupaten jeneponto ini,semoga dapat menambah wawasan keilmuwan teman2 mengenai sejarah daerah dan semoga dapat bermanfaat serta dapat dijadikan bahan referensi.
No comments:
Post a Comment