sejarah Kabupaten Bone

Baik kali ini admin akan membagikan artikel mengenai sejarah Kabupaten Bone ,Kabupaten Bone sendiri terletak di provinsi sulawesi selatan,seperti yang kita ketahu bahwa sumange tealara adalah motto dari kabupaten bone yang artinya adalah teguh dalam keyakinan dan kukuh dalam kebersamaan,yang mempunyai makna yaitu:
Kata SUMANGE merupakan pengintegrasian jiwa dan raga. Sedangkan kata TEALARA berarti tidak terpisah, tidak bercerai-berai yang menggambarkan kebersamaan.
Oleh karena itu, SUMANGE TEALARA merupakan wujud pengintegrasian jiwaraga untuk mewujudkan teguh dalam keyakinan, kukuh dalam kebersamaan untuk menjalani segala aktivitas kehidupan.

Adapun mengenai sejarahnya yaitu: 

Kerajaan Bone dahulu terbentuk pada awal abad ke- IV atau pada tahun 1330, namun sebelum Kerajaan Bone terbentuk sudah ada kelompok-kelompok dan pimpinannya digelar KALULA Dengan datangnya TO MANURUNG ( Manurungge Ri Matajang ) diberi gelar MATA SILOMPO-E. maka terjadilah penggabungan kelompok-kelompok tersebut termasuk Cina, Barebbo, Awangpone dan Palakka. Pada saat pengangkatan TO MANURUNG MATA SILOMPO- E menjadi Raja Bone, terjadilah kontrak pemerintahan berupa sumpah setia antara rakyat Bone dalam hal ini diwakili oleh penguasa Cina dengan 10 MANURUNG ,sebagai tanda serta lambang kesetiaan kepada Rajanya sekaligus merupakan pencerminan corak pemerintahan Kerajaan Bone diawal berdirinya. Disamping penyerahan diri kepada Sang Raja juga terpatri pengharapan rakyat agar supaya menjadi kewajiban Raja untuk menciptakan keamanan, kemakmuran, serta terjaminnya penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat. Adapun teks Sumpah yang diucapkan oleh penguasa Cina mewakili rakyat Bone berbunyi sebagai berikut : 
1. ANGIKKO KURAUKKAJU RIYAAOMI’RI RIYAKKENG 
2. KUTAPPALIRENG ELOMU ELO RIKKENG ADAMMUKKUWA MATTAMPAKO 
3. KILAO.. MALIKO KISAWE. MILLAUKO KI ABBERE. 
4. MUDONGIRIKENG TEMMATIPPANG. MUAMPPIRIKKENG 
5. TEMMAKARE. MUSALIMURIKENG TEMMADINGING
                         “ Terjemahan bebas ; 
1. ENGKAU ANGIN DAN KAMI DAUN KAYU, KEMANA BERHEMBUS KESITU KAMI MENURUT KEMAUAN DAN
2. KATA-KATAMU YANG JADI DAN BERLAKU ATAS KAMI, APABILA ENGKAU MENGUNDANG KAMI MENYAMBUT 
3. DAN APABILA ENGKAU MEMINTA KAMI MEMBERI, WALAUPUN ANAK ISTRI KAMI JIKA TUANKU TIDAK SENANGI KAMIPUN TIDAK 
4. MENYENANGINYA, TETAPI ENGKAU MENJAGA KAMI AGAR TENTRAM, ENGKAU BERLAKU ADIL MELINDUNGI AGAR KAMI MAKMUR 
5. DAN SEJAHTERA ENGKAU SELIMUTI KAMI AGAR TIDAK KEDINGINAN ‘

Budaya masyarakat Bone demikian Tinggi mengenai sistem norma atau adat berdasarkan Lima unsur pokok masing-masing : Ade, Bicara, Rapang, Wari dan Sara yang terjalin satu sama lain, sebagai satu kesatuan organis dalam pikiran masyarakat yang memberi rasa harga diri serta martabat dari pribadi masing-masing. Kesemuanya itu terkandung dalam satu konsep yang disebut “ SIRI “merupakan integral dari ke Lima unsur pokok tersebut diatas yakni pangadereng ( Norma adat), untuk mewujudkan nilai pangadereng maka rakyat Bone memiliki sekaligus mengamalkan semangat/budaya : 1. SIPAKATAU artinya : Saling memanusiakan , menghormati / menghargai harkat dan martabat kemanusiaan seseorang sebagai mahluk ciptaan ALLAH tanpa membeda – bedakan, siapa saja orangnya harus patuh dan taat terhadap norma adat/hukum yang berlaku 2. SIPAKALEBBI artinya : Saling memuliakan posisi dan fungsi masing-masing dalam struktur kemasyarakatan dan pemerintahan, senantiasa berprilaku yang baik sesuai dengan adat dan budaya yang berlaku dalam masyarakat 3. SIPAKAINGE artinya: Saling mengingatkan satu sama lain, menghargai nasehat, pendapat orang lain, manerima saran dan kritikan positif dan siapapun atas dasar kesadaran bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kekhilafan
Dengan berpegang dan berpijak pada nilai budaya tersebut diatas, maka sistem pemerintahan Kerajaan Bone adalah berdasarkan musyawarah mufakat. Hal ini dibuktikan dimana waktu itu kedudukan ketujuh Ketua Kaum ( Matoa Anang ) dalam satu majelis dimana MenurungE sebagai Ketuanya Ketujuh Kaum itu diikat dalam satu ikatan persekutuan yang disebut KAWERANG, artinya Ikatan Persekutuan Tana Bone. Sistem Kawerang ini berlangsung sejak ManurungE sebagai Raja Bone pertama hingga Raja Bone ke IX yaitu LAPPATAWE MATINROE RI BETTUNG pada akhir abad ke XVI Pada tahun 1605 Agama Islam masuk di Kerajaan Bone dimasa pemerintahan Raja Bone ke X LATENRI TUPPU MATINROE RI SIDENRENG. Pada masa itu pula sebuatan Matoa Pitu diubah menjadi Ade Pitu ( Hadat Tujuh ), sekaligus sebutan MaTOA MENGALAMI PULA PERUBAHAN MENJADI Arung misalnya Matua Ujung disebut Arung Ujung dan seterusnya
Pawal tahun 1950, Presiden RI pertama Ir. Sukarno berkunjung di Kerajaan Bone, Sukarno saat itu diterima dirumah berukir atau yang dikenal Sao subbi'e/Bola Subbi'e (Sekarang Gedung Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bone). Kedatangan Sang Proklamator itu, secara khusus dalam rangka mengajak Kerajaan Bone yang dipimpin Raja Bone terakhir Andi Mappanyukki untuk bergabung dengan NKRI.(Andi Mappanyukki Raja Bone ke-32 lahir 1885-meninggal 18 April 1967).
Ajakan Sukarno kepada Kerajaan Bone untuk bergabung dengan NKRI tidak langsung disanggupi oleh Raja Bone Andi Mappanyukki, karena sang raja harus menjunjung kehendak rakyatnya. Ajakan Sukarno itupun tersebar luas pada rakyat kerajaan Bone saat itu, akhirnya tujuh tahun kemudian, tahun 1957 sekitar 3000 orang sebagai refresentasi rakyat Bone, berkumpul dialun-alun kerjaan Bone, (sekarang, lapangan merdeka Watampone ).
Tujuan rakyat Bone berkumpul dialun-alun kerajaan untuk menggelar demonstrasi menyampaikan keinginan agar kerajaan Bone bergabung dalam NKRI. Menariknya, penyampaian aspirasi ribuan rakyat Bone itu, dikemas dalam gerakan yang sangat santun dan sopan, baik formulasi gerakan maupun tutur kata.
Rakyat Bone saat menyampaikan aspirasi menggunakan pakaian-pakaian kebesaran mereka, pakaian yang sopan, dan rapi. Dengan mengenakan sarung, dan baju adat, lalu mereka duduk bersila di alun-alun sembari menunduk memandang menembus lapisan bumi, itu sebagai pertanda betapa mereka menghormati pemimpinnya. Dalam kondisi damai yang mendalam dan penuh penghormatan kepada raja mereka, rakyat menyampaikan aspirasinya tentang keinginan rakyat bergabung dengan NKRI.
"Eh...puang'ku narapini kapang wettunna, to siame' Sukarno, persidenna Indonesia, (Ehh rajaku yang kami hormati, kemungkinan memang sudah saatnya kita bersatu bersama Sukarno, Presiden Indonesia" demikian inti penyampaian rakyat Bone kepada rajanya).
Demonstrasi rakyat Bone kala itu yang dikemas dengan kedamaian yang mengharu biru, rupanya tidak kalah saktinya dengan demonstrasi berdarah yang lazim dilakukan saat ini. Walaupun begitu damainya, demonstrasi itu menjadi cikal bakal terbentuknya Kabupaten Bone.
Dua tahun berselang setelah demo yang santun dan tidak pernah kita jumpai lagi dizaman edan ini. Kerajaan Bone yang berdaulat sebagai kerajaan besar kala itu akhirnya resmi bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Bergabungnya kerajaan Bone itu ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 29 Tanggal 4 Juli Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi, termasuk Bone. Demikian perjalanan panjang Kerajaan Bone, maka pada Pada tanggal 6 April 1330 melalui rumusan hasil seminar yang diadakan pada tahun 1989 di Watampone dengan diperkuat Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Bone No.1 Tahun 1990 Seri C, maka ditetapkanlah tanggal 6 April 1330 sebagai HARI JADI KABUPATEN BONE dan diperingati setiap tahun

cukup sekian ulasan mengenai artikel tentang sejarah kabupaten Bone,semoga dapat menjadi referensi dan menmbah wawasan keilmuwan teman-teman sekalian mengenai Kabupaten Bone,dansemoga dapat bermanfaat.

#arslongavitabrevis

sejarah Kabupaten Bone Rating: 4.5 Diposkan Oleh:Khaerul USB info masuk

No comments:

Post a Comment